Ini trip ke dua setelah Pulau Tunda yang gue jabanin walau pun musim hujan. Biasanya ke laut melulu, sekarang malah lari ke gunung.
Seperti yang gue lihat di prakiraan cuaca, saat ngetrip nanjak ke Baduy bakal diselingi sama hujan. Dan yah, begitu lah keadaannya. Hujan panas ganti-gantian.. Apa hendak dikata, kaki ini gatal melangkah. Berangkat!
Pagi buta gue udah melangkahkan kaki menuju meeting point yang udah ditentuin bersama yakni stasiun duri. Dari stasiun duri, naik kereta ekonomi tujuan stasiun Rangkasbitung.
Intip-intip langit, udah mendung aja bagian selatan. Tanda-tanda turun hujan siang hari semakin besar.. Tujuan akhir sebelum mendaki adalah Ciboleger naik elf sewaan.
Tiba di Ciboleger, isi perut dulu sambil santai sejenak di rumah warga. Orang-orang Baduy dalam (Kanekes) yang akan jadi guide kita udah mulai berdatangan. Orang-orang ini juga bisa dijadikan jasa porter sampai ke Baduy dalam buat mereka yang enggan nenteng-nenteng tas bawaannya. Belom juga ngelewatin portal selamat datang udah diguyur hujan. Pasang jas hujan, hajar terus!
Hujannya cuma 10-20 menit tapi yang bikin bahaya tanahnya jadi becek, tergenang. Maka jadilah jalanan yang hanya setapak itu licin seada-adanya. Ga hati-hati bisa selip jatuh walaupun pake tongkat..
Trekking sejam pemandangannya masih dengan rumah-rumah khas suku baduy luar. Seperti yang kita ketahui baduy terbagi dua, yaitu baduy luar dan baduy dalam (kanekes). Baduy luar adalah wilayah orang baduy dalam yang sudah tidak diterima lagi oleh orang-orang suku baduy dalam karena sudah melanggar adat atau tersentuh moderenisasi. Bisa dilihat saat trekking, di wilayah penduduknya ada beberapa yang memakai baju kaos, rumahnya dijadiin kios / warung, memakai ember, dan lainnya. Mereka ini tersebar di Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya. Walaupun seperti itu, mereka juga ga bisa ninggalin adatnya. Bentuk rumahnya masih sama dengan baduy dalam dan mereka juga menenun.
2-3 jam melewati desa Gajeboh menuju jalur pendakian. Lutut berasa panas, napas naik turun dan pundak mulai pegal. Belok dikit, turun bentar eh tanjakan lagi. Khan maeeeennn... Anak laut diajak nanjak..
Rumah penduduk udah jarang keliatan. Paling bisa dilihat dari kejauhan doang.. Sisanya? Hamparan kebun padi gogo. Iya, gak ada sawah disini. Mungkin kontur tanahnya terlalu landai, jadi padi gogo yang dipilih. Istirahat sejenak, ngaso dulu. Jangan khawatir kalo kehabisan air minum, orang baduy ada yang jualan di sepanjang jalur trekking ini.
Mumpung lagi istirahat, cerita dulu dikit tentang Baduy. Orang Baduy Luar atau disebut juga suku Baduy Panamping. Cara nentuin mana Panamping atau Kanekes adalah dari pakaian mereka. Baduy Panamping memakai pakaian dan ikat kepala warna hitam, bisa juga pakaian moderen saat ini sedangkan Baduy Kanekes memakai pakaian dan ikat kepala warna putih.
Sehari-hari kegiatannya bertani, nyari buah-buahan dan madu di hutan untuk dijual. Duitnya dipakai buat membeli kebutuhan yang tidak mereka dapati di hutan atau tidak dapat mereka produksi sendiri. Sebelum mengenal uang, sistem mereka barter. Sempet mikir juga awalnya kenapa mereka butuh uang, padahal kebutuhan mereka semua ada di dalam hutan. Yasudahlah..
Untungnya trip ini diadain bulan Januari. Pada bulan Februari sampai April, Baduy Dalam ditutup untuk orang luar karena orang Kanekes melaksanakan puasa dan menahan diri untuk tidak keluar jalan-jalan dari Baduy Dalam (bulan Kawalu). Sebenarnya ngga selamanya Februari sampai April. Penentuan bulan Kawalu ini ditentukan dari musim tanam dan musim panen. Kalo musim tanamnya geser, musim panen juga geser. Di bulan-bulan ini kebanyakan orang kanekes menghabiskan waktunya di dalam rumah. Jika berkunjung saat bulan Kawalu, pengunjung hanya bisa menikmati suasana sampai Baduy Luar aja.
"Ketika telingamu mendengar angin bernyanyi, isyarat kaki telah melangkah masuk sampai ke tujuan. Selamat datang di Baduy Dalam.."
Iya, bener. Angin seakan-akan bernyanyi di atas sini. Sebabnya, banyak batang-batang bambu dilubangi seperti suling dan diikatkan menjulang diatas pohon. Ketika angin lewat, suaranya merdu terdengar diseantero hutan sore itu. Bikin gue diam sejenak cengo kayak dihipnotis.. Suasana sepi karena rombongan gue udah gue tinggal jauh di belakang bersama dua kawan.
Sampai di Baduy Dalam tepat jam 6 sore. Langsung rendamin kaki di sungai terdekat.. Dinginnya air jadi obat penghilang pegal. Rombongan gue belom datang-datang juga padahal udah mau gelap tanpa penerangan, tanpa komunikasi di tengah hutan. Malam menjelang, tidak ada yang bisa dilakukan selain makan bersama, bercengkrama dengan masyarakat Kanekes sambil ngopi-ngopi, nangkepin kunang-kunang yang hilir mudik, hamparan bintang-bintang di langit (lengkap dah rasi bintangnya) dan terkagum-kagum dengan jamur yang keliatan nyala dalam gelap.
Ada yang unik disini. Mereka jualan snack, minuman sachet bahkan popmie! Hihihihii..
Bangun pagi sob! Cuci muka lalu buang hajat di alam terbuka dibalik bilik sangat-sangat-super-sederhana. Hahahaa.. Gak perlu mandi karena trekking turun bakal mandi keringat lagi. Sarapan bareng lalu bersiap packing untuk pulang.
Jalur pulang tidak melewati jembatan akar yang tersohor itu karena jalanannya lagi berbahaya disebabkan hujan. Maka diambil lah jalur menuju telaga. Pukul 8 tepat, rombongan pamit meninggalkan Baduy Dalam. 2 jam awal menuju perbatasan Baduy Dalam dan Luar selalu disuguhi tanjakan melulu..
Hujan, kering, hujan lagi, kering lagi. Bener-bener gak nentu cuacanya. Tergantung awan yang lewat diatas kepala. Beruntung kalo hanya mendung aja, lumayan adem daripada kena sinar matahari langsung.
Mendekati dusun rumah warga pertama kali, tiba lah di telaga yang air seluruhnya berwarna hijau. Entah apa namanya.. Main-main sebentar sambil istirahat, gak lupa cuci alas kaki yang belepotan lumpur. Bikin langkah makin licin kalo ketemu tanjakan atau turunan. Ada buayanya gak yah?
Ketemu tanjakan pada ngeluh, ketemu turunan juga ngeluh. hahahaa.. Licin banget plus curam. Kejadian kepeleset udah lumrah, asal gak gelinding sampe bawah aja..
Jam menunjukkan pukul 12 siang. Gue menginjakkan kaki kembali ke Ciboleger.. 4 jam perjalanan pulang yang seru! Gue menuju ke rumah warga untuk mandi dan mengatur kembali barang-barang bawaan. Selesai mandi, makan di warung lalu jalan-jalan di sekitar Ciboleger karena pengen liat hasil kain tenun khas Baduy.
Dari motif dan bahannya keliatan seperti tenun sumbawa. Hanya saja karakter motifnya lebih halus dan kainnya tidak setebal tenun sumbawa. Gue beli tiga lembar ukuran scarf. Lumayan dikasih harga Rp100.000,-.
Tak lama kemudian teman-teman rombongan berdatangan. Mandi, makan, beres-beres lalu bersiap untuk pulang. Karena udah kesorean, kereta dari Rangkas menuju Tanah Abang udah gak kekejar lagi. Akhirnya dari Ciboleger menuju stasiun Maja mengejar commuter line terakhir.
Belum puas rasanya main-main disini karena belum kesampaian mandi di sungai dan icip-icip durian. See you on next trip!
Dear Mas Reza Wandi,
ReplyDeleteboleh minta kontak guidenya ga?
Trims
Gak punya kontak guidenya. Kalo trip operatornya sih punya..
DeleteMas Reza, boleh minta kontak trip operatornya? Kebetulan besok saya ingin ke Baduy Dalam jg. Terimakasih :)
ReplyDeleteAgnes Felicia
DeleteHp / WA / SMS
081 777 3513
Line
agnes.felicia
Email
feliciagnez@gmail.com
Mas Reza, boleh minta kontak trip operatornya? Kebetulan besok saya ingin ke Baduy Dalam jg. Terimakasih :)
ReplyDeleteDulu ke baduy tahun 1988 (udah lama ya), usia 17 tahun pas kelas 2 SMA.. gak tahu karena apa (mungkin patah hati), pengen cari tempat yang sepi, alami tapi masih dlam radius perjalanan 1 hari dari jakarta. kok kepilih pedalaman baduy, padahal ngomong sunda juga gak bisa.. Dari jakarta ke Tanah abang naik KA ke Rangkasbitung, kemudian nail elf 300 ke Leuwidamar, karena udah sore nginap di Polsek Leuwidamar. Besoknya lanjut antara jalan kaki sama numpang mobil sayur ke Pasar Ciboleger. Langsung cari Kades yang waktu itu diwakili oleh Jaro Asduro kepala kampung Ciboleger..akhirnya diijinkan juga masuk ke Baduy dalam sampai Cibeo asal tidak lebih dari 3 hari.
ReplyDeleteAssalamualaikum ka, ka kalo mau ke suku baduy sendiri (gk barengan open trip) bisa gak ya ? Atau harus sama barengan trip operator gitu ? Gimana manggil/ ngedapetin guide orang baduynya ? Trims.
ReplyDeleteWassalam. ��
Seharusnya sih bisa.. Banyak orang-orang baduy dalam yg pake baju putih di Ciboleger. Bisa tanya2 dulu / ijin ke mereka..
DeleteNah kak kalo dari stasiun rangkasbitu g ke cibolegernya kalo sendiri naik apa ya? Kan belum nyewa elf ? Ada angkutan umum lainnya kah ? Terima Kasih ka,
ReplyDeleteEntah ada apa ngga angkutannya.. Ga begitu tau. Tapi bisa kali yah numpang2 mobil pasar arah ke Ciboleger. Hitch gitu..
Deletekak, di baduy luarnya ada banyak jualan madu ga warganya di rumah2?
ReplyDeleteWaktu itu sih ada beberapa yg pajang madu didepan tokonya
Deletemisi aku mau tanya nih yah...ada ga channel buat minta bantuan ke orang yang di dalam suku baduy dalam ?
ReplyDeleteGue sih ga punya.. Tapi kalo mau kontak orang badui dalam, harus di baduy luar. Nanti orang baduy luar sampaikan ke baduy dalam..
DeleteLebih murah open trip/ solotrip ya?
ReplyDeleteTrip2 bersama sudah jelas lebih murah karena bayarnya rame2..
Delete"khaan maeen... anak laut diajak nanjak" wkwkw. ceritanya menghibur dan bermanfaat sekali. thank your for sharing!
ReplyDeleteSekali-kali main ke gunung..
Deletekak aku planning mau solo travelling ke baduy nah kira2 ada biaya gak utk sewa guide nya?
ReplyDeleteWah ga tau nih kalo ini. Tapi yg pasti murah lah..
DeletePas mau pulang dari Baduy nya, apa tetap diantar oleh orang baduynya??
ReplyDeleteSama kita nginep nya di tempat guide kita kah? Maksudnya orang baduy dalam yang jadi guide kita
Tetap diantar oleh orang baduy dan kita tinggal di rumah orang baduy yg jadi guide kita.
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete