Jelajah Makassar Hari Pertama - Taman Batu Terbesar Di Dunia Ada Disini


Awalnya udah bahagia aja nyusun rencana ke Taman Nasional Taka Bonerate. Ehh malah dapetnya Selayar dan Tanjung Bira juga. Maklum.. Menyiasati liburan panjang di awal bulan Mei 2016. Gue agak males ke tempat komersil saat libur panjang. You know-lah ramenya kayak apa. Maka jadilah perjalanan ini 9 hari pake cuti 3 hari. Maklum.. Orang kantoran. Hehehee..



Perjalanan dimulai dari kantor gue. Iya.. Kantor. Flight yang gue ambil ada di pukul 00.05 WIB pada hari Sabtu. Berarti hari Jumat gue udah harus standby dengan peralatan tempur selama disana. Hasilnya semua barang bawaan gue ikut ke kantor.

Jam 1 dini hari flight menuju Makassar mendarat sekitar pukul 03.30 WITA di Sultan Hasanuddin Airport. Masih terlalu pagi untuk menuju ke destinasi pertama. Mata ini masih butuh tidur, tuan.. 

Beberapa teman-teman udah ada yang datang dihari Jumat jadi jemput dulu nih. Personil lengkap, saatnya cari sarapan! Pembukanya makanan khas Coto Makassar..

Bayar Rp15.000 semangkok, ketupatnya bebas ambil berapapun GRATIS! 
Destinasi pertama adalah Taman Batu Rammang-rammang di Bontolempangan, Kabupaten Maros. Rammang-rammang ini sebenarnya gugusan batu karst (kapur) terbesar ketiga setelah setelah Tsingy di Madagaskar dan Shilin di Tiongkok. Rammang berarti awan / kabut dalam bahasa Makassar. Tempat ini diberi nama demikian karena menurut penduduk setempat, kalo pagi-pagi atau sehabis hujan suka turun kabut.

Untuk menuju ke lokasi utama di Kampung Berua, kita menyusuri Sungai Pute menggunakan katinting kurang lebih 30 menit. Pemandangan sekelilingnya hijau dipenuhi pohon nipah dan bakau. Sekali dua kali masuk melewati terowongan batu. Welcome to Amazone. Hehee..




Kampung Berua ini desa dikelilingi oleh pegunungan Karst. Keadaannya yang cukup sunyi dari polusi suara bisa dijadiin tempat menenangkan diri. Nginep aja di rumah warga.. Gak kebayang deh pemandangannya sewaktu hujan. Memandangi kabut yang ditemani segelas kopi dan semangkuk mie instant panas-panas sambil sarungan. Beuh!

Destinasi kedua adalah destinasi yang disarankan supir kami, Leang Lonrong. Yang tadinya mau ke Bantimurung dengan alasan 'komersil' dan akan rame karena hari Sabtu, kita meng-amin-i. Dari Rammang-rammang langsung menuju Leang Lonrong dengan waktu tempuh kurang lebih sejam.


Leang Lonrong letaknya di kabupaten Pangkep, desa Panaikang kurang lebih 5 Km dengan panorama hijau dari jalan poros. Tempat ini sebenarnya adalah salah satu sumber mata air yang keluar dari goa kapur disela-sela pegunungan Lonrong. Tarif masuknya Rp20.000 / orang boleh mandi sepuasnya.




Fasilitasnya super minim sob! Toilet juga seadanya.. Gue ganti baju dibalik bebatuan semak-semak. Pemandian Leang Lonrong ini minim perhatian, gak keurus dan belum cukup diketahui masyarakat. Padahal tempatnya asri, airnya dingin sejuk untuk relaksasi. Gue aja yang kurang tidur berendam disini berasa segar sob! Kabsubdin Disbudpar Kabupaten Pangkep-nya mana nih? Bisa jadi sumber PAD, lho..

Jangan lupa kalo ke Leang Lonrong bawa cemilan, air minum dan senter yang super terang yaa.. Ada air terjun mini di dalam goanya.


Puas berendam geulis di Leang Lonrong, makan dulu di warung lokal kota Maros. Kudu makan yang banyak! Perjalanan masih jauh.. Sekitar 6-7 jam menuju Tanjung Bira, Bulukumba. Masuk mobil sejam kemudian sunyi senyap. Pada tidur semua....



Lanjut? Klik..






0 comments: