Jelajah Makassar Hari Ketiga - 12 Jam Perjalanan dan Cerita Mistis Dari ABK

Jam 7 pagi teman-teman udah standby di Pelabuhan Bira, Bulukumba, Makassar untuk menyeberang ke Pulau Selayar. Sambil menunggu KMP Bontoharu datang, foto-foto dulu di sekitar pelabuhan. Pemandangannya asik sob!

KMP Bontoharu Merapat di Pelabuhan Bira
Tepat pukul 8 KMP Bontoharu parkir cantik di dermaga. Penumpang-penumpang mulai berdesakan masuk ke kapal. Tangga seuprit menuju area penumpang jadi rebutan! Untungnya ada ruang eksekutif ber-AC yang letaknya di haluan kapal, jadi pada nimbrung disitu. Lumayan buat tidur.. Tipe ferry ini sama seperti ferry yang gue naikin waktu liburan ke Pulau Togean tahun lalu yaitu Ro-ro Cargo Ship. Dibuat pada tahun 2013 oleh PT Industri Kapal Indonesia (IKI), kapal ini tergolong masih muda. Kabar terakhir bulan Juni 2016, kapal ini kandas di Pelabuhan Bira karena diterjang ombak dan angin kencang saat mau menuju ke Pulau Selayar. Untungnya cuaca saat gue berangkat lagi panas-panasnya jadi amaaaann..

Say goodbye to our driver! Jam 9 kapal berlabuh. Tapi sebelumnya udah minta dijemput lagi di Pelabuhan Bira pagi hari saat nanti kembali dari Selayar untuk pulang ke Makassar.

Berangkat!
Pulau Selayar
Sekitar pukul 11 menjelang siang KMP Bontoharu merapat di Pelabuhan Pamatata, Pulau Selayar. Udah ditungguin juga sama pihak Taman Nasional Taka Bonerate melalui Tinabo Dive Center. Dari Pelabuhan Pamatata, menuju kota Benteng dengan durasi tempuh, 1 jam. Enaknya perjalanan ini disuguhkan pemandangan pesisir laut sob!

Menuju Kota Benteng, Selayar
Di kota Benteng sendiri kita hanya makan siang dan membeli keperluan / perbekalan untuk perjalanan ke kawasan Taka Bonerate. Setelah itu perjalanan dilanjutkan kembali ke Pelabuhan Pattumbukan selama 1 jam. Gile.. Pelabuhannya seperti gak terurus, sob! Sepi banget..

Padahal yaa.. Pelabuhan Pattumbukan ini pintu akses kapal ferry menuju Labuan Bajo dan Marapokot, NTT. Kebayang kan kalo ada diantara kalian mau menjelajah dari Taman Nasional Taka Bonerate lanjut ke Taman Nasional Komodo. Gile gak tuh.. Sekali nyebrang gak nyampe Rp100.000,- / orang. Marapokot sendiri bisa jadi start awal untuk ke Ende, Maumere, Lembata sampe Alor via darat. Mantap!

Nah kan.. Jadi ngayal pengen menjelajah seperti itu..

Pelabuhan Pattumbukan. Sepi bro!
Sambil nunggu kapal siap, mari foto-foto

Menjelang malam, siap-siap mati gaya!
Tengah laut pada malam hari, penerangan bermodalkan senter dan lampu flash hape. Mau ngapain lagi entah udah kehabisan gaya. Cuma selonjoran aja menatap langit penuh bintang. Perjalanan masih jauh.. Gak ada yang terlihat dari kejauhan kecuali bintang lagi.. bintang lagi...

Laut tenang, udara mulai dingin. Demi menjaga badan tetap fit, gue pake jaket dan duduk di ujung depan kapal bersama salah satu 'ABK' yang lagi santai menghisap rokok kreteknya. "Kita (kamu) baru kali ini, ke Takabone?" bukanya dengan logat Bugis yang kental. "Iye' puang.. Baru kali ini saya kesini padahal kampun'ku juga ini.." bales gue dengan logat yang sama. Iya, emang gue asli Makassar cuma (ke)lama(an) di Jawa. Hahaa..

Dan gue bertanya "Ada cerita apa yang unik-unik di Takabone puang?". Mulailah dia bercerita hikayat-hikayat cerita rakyat di sekitar Taka Bonerate. Ini beberapa ceritanya :


Daging Lumba-Lumba

Penangkapan ikan lumba-lumba di Jepang
Sebutkan daging yang paling enak di daratan dan lautan, tapi tidak ada yang mengaalahkan lezatnya daging ikan lumba-lumba. Nelayan di sekitar Taka Bonerate menganggap daging ikan lumba-lumba adalah daging yang paling mewah! Hanya dihidangkan pada saat pesta adat saja seperti pesta pernikahan.

Mereka menangkap ikan lumba-lumba dengan cara mencari dan mengumpan ikan tersebut untuk mengikuti kapal mereka. Ketika si ikan sudah bermain loncat-loncat di depan kapal, baru lah si nelayan menancapkan tombaknya ke badan ikan. "Kalo sudah kena tombak cepat-cepat ki ikat talinya ke kayu kapal terus kasi mati mesin kapal. Kasi' biar ikannya tarik kapal sampe lemas baru tarik. Biasa ta' setengah jam baru lemas. Jangan lawan ikan lumba karena nda sanggup kita lawan.." katanya.

"Kalo sudah dihidangkan itu ikan, aihh.. nda ada yang mau sentuh makanan lain. Itu dulu yang dikasi' habis baru makanan lainnya.." Jreeeenngg..Jreeeennggg... Pengen coba? Ahahaaa.. JANGAN!

"Pernah juga ada paus mati terdampar.. Kita potong bagi-bagi. Nda enak dagingnya.. Keras kayak gigit karet..". Dan gue pun ngakak! 


Keluarga Yang Dikutuk Ikan Sori / Cendro (Needlefish)

Ikan Sori / Cendro yang gue foto di Togean
Sebenarnya ikan ini ada dimana-mana tanpa kita sadari. Saat snorkeling pun selalu ada.. Kita terlalu banyak melihat ke bawah tapi jarang sekali melihat apa yang ada tipis-tipis di permukaan. Ikan ini tergolong berbahaya karena tertarik dengan benda-benda yang memantulkan cahaya. Pada manusia, kebanyakan yang diserang adalah bagian mata. Bagian mulut tajam dengan gigi bergerigi, ikan ini mampu berenang dengan kecepatan 60 km / jam! Udah pasti tembus lah masuk mata dengan kecepatan seperti itu.

Makanan ikan ini adalah ikan teri. Ikan teri punya badan yang mengkilap jika terkena matahari. Jadi, jangan pake benda-benda yang mengkilap saat snorkeling di laut.

Pada jaman dahulu kala, ada seorang nelayan di Taka Bonerate diselamatkan oleh ikan sori saat perahunya tenggelam. Sebagai rasa terima kasihnya, dia bersumpah untuk tidak memakan ikan sori sampai keturunan-keturunannya wajib berpantang untuk makan ikan ini.

Pada suatu malam, ada salah satu sanak keluarganya mencari ikan di pesisir pantai bersama teman-temannya. Sedang asik mencari, ia merasakan pandangannya kabur memerah. Tapi berbeda dengan apa yang dilihat oleh teman-temannya. Dia bersimbah darah! Segera teman-temannya membawa kembali ke pulau tapi telat.. Sudah meninggal kehabisan darah.

"Lehernya bolong selebar pipa air.. Dari situ orang-orang tau ini pasti diserang ikan sori". Rupanya dia lupa diberitahukan oleh saudaranya untuk tidak memakan ikan tersebut pada saat acara makan-makan di salah satu kampung nelayan disitu.

Diserang malam hari? Leher bolong? Sebesar apa ikan yang nyerang?


Duyung Berisikan Manusia


Makhluk mamalia ini ada dua tipe yaitu dugong dan manatee (bahasa kerennya sapi laut). Tapi umumnya orang-orang bilang ikan duyung. Diceritakan ada nelayan yang sedang menjala ikan di tengah laut. Setelah lama menebar jala, perlahan-lahan para nelayan ini menarik jalanya. Semakin ditarik, semakin terasa berat. "Sepertinya kita dapat ikan besar ini.." kemudian ada sekelebat bayangan dari dalam air. "WAH IYA.. BESAR SEKALI ! DUA EKOR !"

Berhasil lah dua ekor ikan duyung ini ditarik ke kapal dan dibawa pulang ke kampung nelayan. Orang-orang pada jaman itu belum tau ikan jenis apa yang ditangkap. Ikan ini digantung dan kemudian salah satu ikannya disembelih perlahan dibelah dari atas kebawah untuk dagingnya dikonsumsi. Betapa terkejutnya nelayan yang memotong ikan ini ketika ia membuka belahan dagingnya.

Didalam ikan duyung tersebut didapati bentuk serupa manusia. Ada wajah, tangan, kaki bahkan kelaminnya. Yang disembelih rupanya ikan jantan dan yang satunya betina. Ikan duyung betina ini pun menangis melihat rekannya mati. Sang nelayan pun mengurungkan niatnya untuk terus memotong-motong duyung yang sudah mati. Akhirnya, ikan duyung betina dilepaskan kembali ke laut.


Sebuah Petuah

"Jangan sekali-kali macam-macam sama makhluk laut sekecil apapun itu. Mereka melihat, merasakan apa yang kita lakukan ke mereka. Kalo kita jahat ke makhluk kecil, akan ada makhluk besar yang balas. Hati-hati.. Saya sudah lama melaut dan sudah sering liat dengan mata kepala sendiri."

Gue lupa nama si bapak ABK siapa. Cerita-cerita diatas disambi dengan memantau air laut bareng.. Si bapak ABK ini ga punya senter yang cukup terang untuk memantau permukaan air. Mulai masuk ke kawasan Taka Bonerate, awak kapal harus waspada dengan karang atol ketika air surut. Sulit melihat atol karena posisinya dibawah permukaan laut dan malam itu ga ada cahaya bulan. Waspada kapal nabrak karang sob!


Waktu menunjukkan sekitar pukul 9 malam. Kapal kecil kami merapat di Pulau Tinabo, kawasan Taman Nasional Taka Bonerate. Damai suasananya.. Pulau ini terlalu hening! Memang cocok buat nyari ketenangan apalagi sinyal operator selular susah disini. Komunikasi antar pos di sekitar kawasan menggunakan frekuensi radio HT.

Tunggu sampai tengah malam. Begitu genset dimatikan, akan dengan mudahnya melihat milky way seperti ditengah laut saat perjalanan menuju kesini.



Jelajah Makassar Hari Keempat : Baby Shark, Hantu Ceria dan Air Sebening Kaca!


1 comment: